
Insitekaltim,Kukar – Bangunan masjid di Desa Rapak Lambur menjadi perhatian utama karena dianggap tidak memadai, terutama saat bulan Ramadan dan hari raya. Saat momen-momen itu seringkali tempat ibadah itu tidak bisa lagi mampu menampung jemaah.
Kepala Desa Rapak Lambur Muhammad Yusuf menjelaskan bahwa bangunan tempat ibadah saat ini masih dalam kategori musala karena ukurannya yang kecil.
“Sebetulnya di sini belum ada masjid, dan bangunan tempat ibadah yang ada di sini itu masih kategori musala berdasarkan ukurannya yang kecil,” jelasnya kepada MSI Group, Rabu (25/10/2023).
Untuk mengatasi masalah ini, Yusuf menjelaskan bahwa mereka telah memulai perencanaan pembangunan masjid yang diagendakan dibangun di atas lahan pasar.
“Maka dari itu saat ada kunjungan bupati, kami adakan perencanaan terkait pembangunan masjid di sini. Alhamdulillah di tahun 2023 ini sudah masuk tahap perencanaan dan pembangunan,” tuturnya.
Soal kenapa masjid ini direncanakan dibangun di atas lahan pasar, Yusuf menjelaskan bahwa ini dikarenakan kegiatan di pasar dianggap kurang produktif, bahkan saat ada pasar malam.
“Rencananya akan dibangun di atas lahan pasar, sebab saya menilai saat ini kegiatan di pasar kurang produktif. Sekalipun diadakan pasar malam, namun animo masyarakat tetap kurang,” ungkapnya.
Lokasi masjid nantinya akan berada di Rapak Lambur, lokasi tersebut dipilih sebab poros utama di antara tiga dusun yang ada di sana, yaitu Caruban, Kejawi dan Durian.
“Jadi saat ada peringatan hari besar Islam atau hari raya, bisa dilaksanakan terpusat di masjid yang besar,” ujar Yusuf.
Yusuf percaya bahwa kehadiran masjid ini akan meningkatkan nilai ekonomi masyarakat karena lokasinya akan dilewati oleh tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Sebulu, Kecamatan Muara Kaman, dan Kecamatan Kota Bangun.
“Jadi nanti masyarakat bisa berjualan di sekitarnya, karena saya juga akan sediakan rumah singgah untuk para pendatang dari jauh untuk beristirahat,” paparnya.
Yusuf sangat berharap pembangunan masjid ini akan segera terealisasi karena Desa Rapak Lambur telah berdiri selama puluhan tahun tanpa memiliki masjid yang cukup besar.
Rencananya mendapat dukungan positif dari masyarakat karena diharapkan akan menyatukan seluruh warga di satu masjid yang lebih besar.
Selain itu, saat ini terdapat tujuh musala yang berdampak pada perpecahan, dan pembangunan masjid diharapkan dapat menyatukan seluruh masyarakat di desa tersebut.
“Terlebih di sini itu ada tujuh musala, dan itu berdampak pada perpecahan. Harapannya ketika sudah terbangun, itu bisa menyatukan kami semua,” tandas Yusuf. (Adv)